Ada pula rindu akan belai lembut yang menina bobokan jiwa ini, dan pada pangkuan yang selalu melelapkan aku dalam mimpi yang indah. Seakan sedang memberikan tauladan bagaimana indahnya mengais sebuah kenangan yang begitu manis untuk dilupakan dan juga terlalu pahit untuk diingat. Langkah waktu yang tak pernah lelah berjalan belum jua mampu memaksa kedua kelopak mata ini untuk terpejam. Suasana hati yang tak pernah terarah menjadikan aku seperti budak lamunan hampa yang tak mampu terpisahkan dari wajah-wajah mimpi dan harapan.
Aku berpikir, aku ini hanyalah sebuah konsep di secarik kertas polos yang terarsir oleh indahnya warna-warni, sementara dominasi beberapa warna seakan membentuk satu abstraksi antara dosa dan pahala. Beberapa warna minoritas menciptakan sebuah kerak hitam kebencian yang memaksa benak ini untuk selalu tunduk pada arogansi yang menikam setiap perasaan cinta dan kasih sayang yang dahulu hampir saja menjadi Tuhan bagi separuh keimanan ku.
Atas nama ruh yang telah di tiupkan kedalam raga ku ini, aku bersumpah harus mampu dan tangguh dalam menghadapi jalan yang telah Tuhan berikan, yaitu kehidupan dan mencari kematian ku dengan keberanian
0 komentar:
Posting Komentar